Posts

tahun yang berikutnya

  Sebentar, berhenti sebentar Sepertinya sudah melewati banyak hal Kalau sebelumnya banyak perempatan atau bahkan simpang lima, sekarang sudah sampai mana Salah satu jalan yang dilalui Dan sudah bersama orang yang membersamai kalau berbicara tentang perasaan, mungkin banyak senangnya tidak lagi merasa sepi tidak lagi merasa sendiri atau soal sakit hati omong kosong cinta cintaan remaja tapi sekali lagi ingin berhenti saja mengapresiasi hal hal baik yang sudah diluangkan hal hal tak terduga dalam hidup hal hal yang memberi pelajaran mengingat tentang masa remaja yang menggebu penuh semangat dan capaian kadang ingat juga sisi itu tapi hidup memang tidak melulu soal satu sisi sisi lain yang justru tak terduga tiba tiba datang dan membuai aku sejauh ini nyaman rasanya ternyata tidak selalu bergelut dengan ambisi ada baiknya juga melanjutkan hidup dengan caraku atau mungkin menunda hal yang menggebu itu dilain waktu yang pasti entah mengapa aku percaya saja apa yang sudah digari...

Hujan

Awal tahun baru, ya sekarang sudah 2022 dengan usia yang hampir berbuntut tiga. Diluar hujan, oiya malam ini malam minggu. Hujan selalu bisa ya mengantarkan pemikiran yang dalam, minggu lalu berhasil membawaku keluar dengan menembus dingin, mencari kopi. Selama diperjalanan, habis sudah mulutku merangkai puisi sambil melihat kanan dan kiri. Sepi sekali. Makin menegaskan suasana hati. Sembari bercerita, kadang rasanya sama-sama berjalan, tapi orang lain sudah sampai duluan. Oh aku lupa, dengan siapa kita berjalan ternyata memang berpengaruh ya. Harus sekali lagi beradaptasi, kenapa sih semuanya selalu soal adaptasi? Bagaimana jika tidak bisa atau sulit. Apa harus dipaksa? Atau kitanya saja yang tidak bisa? Meski aku suka aroma tubuhmu, meski aku suka selera makanamu, meski aku suka lagu yang kau putar, belum tentu kita bisa sejalan. Kukira sesimpel yang selalu ada, ternyata lebih dari itu, ya. Sulit sekali beradaptasi dengan manusia. Kalau boleh aku berharap sekali saja, mungkin aku aka...

pergi

Manusia kan memang datang dan pergi  Kenapa kalau pergi kaget? Datangpun tidak sedirayakan ini Apa karena memang butuh pengganti? Katanya harus mandiri Tidak bergantung agar tidak sakit hati Tapi kok terus-terus menggantungkan diri? kalau memang bisa apa-apa sendiri Terlalu mandiri tidak masalah kan? Jangan egois Jangan menuntut semua orang selalu bersamamu Ketika memang tidak ada yang berniat tinggal Tidak masalah kan? Toh awalnya juga muncul di dunia ini sendirian Harusnya kan sudah biasa Kenapa masih kaget? Beribu ribu manusia di luar sana dan memang bukan kamu yang nomer satu Nggak papa kan? Apa harus apa apa kamu? Berarti seharusnya tentang datang, pergi, dan sendirian bukan lagi hal besar

Jeda

Hujan yang terus mengguyur kota Seperti menyampaikan pesan untuk rehat saja Tapi di sisi lain juga seperti menyinggung Apa kehangatan selimut memang bisa menahanmu Semua orang mendambakan kenyamanan Tentu bukan omong kosong Tapi ada kalanya Menjalani hari perlu sebuah dorongan Jika selimut yang memberi kenyamanan Terus menahanku di sini Tapi kehidupan tetap berjalan Kenyamanan yang begitu terasa Namun begitu mudahnya membiarkan jeda Beri aku jeda terbaik Jeda yang memberi arti Agar setelah ini Kau bisa berlari kencang lagi Agar jeda kali ini Bisa memberimu nafas beraturan Agar kenyamanan ini Menunjukkan arah yang lebih baik

Menyusuri Jalan Pulang

Sudah lama tidak bersapa dalam aksara,  memang menulis memiliki sisi yang berbeda. Kalau katanya disetiap langkah sejauh apapun pasti perlu pulang, maka sampaikan salamku pada setiap marka jalan yang terlihat singkat tapi memberi harapan. Hari demi hari yang ternyata memberi langkah sejauh ini. Sebelumnya, terimakasih pada diriku sendiri yang terus melangkah sejauh mata memandang. Walau langkahnya sayu, tapi tidak pernah berhenti. Walau berjalan dengan terus bergelut antara pikiran dan hati, nyatanya telah memberi makna sejauh ini. Untuk setiap usaha yang terkenang, untuk setiap harapan dan keinginan yang terkekang, untuk setiap keinginan yang tak hentinya terus dipanjatkan, untuk setiap kesempatan yang diharapkan. Ikut mengiringi mengisi tahun demi tahun, hingga mungkin bisa dibilang usia yang lebih matang. Kalau katanya dewasa tentang kesepian, dan aku yang belum cukup dewasa ini, tapi sudah penuh dengan rasanya. Oiya, soal pulang. Jangan bilang bilang, kalau ternyata pulang buka...

berjalan bersikutan

Jika setiap masalah adalah pembentuk kedewasaan Pada jenjang apalagi akan didewasakan Jika kebingungan adalah proses berpikir berkelanjutan Pada garis manakah harusnya diputuskan Semua yang jalan datang dan pergi Angin yang terus bergemuruh di sisi Menguras energi dan rasa Padahal dengan diri sendiri pun cukup bahagia Lalu apakah betul memerlukan yang lainnya? Mau bagaimanapun, Terus berjalan dan beriringan Antara usaha dan takdir Terus menyatu dan kadang bersikutan, Selarasnya manusia menjalani kehidupan

yang seharusnya

Masih sama keadaanya, masih duduk di kursi yang sama,  hanya menghadap berbeda,  sedikit kewalahan.  Banyak hal terjadi,  hingga nafas menjadi tergesa,  ingin menghirup satu-satu.  Seperti hendak berjalan, namun juga berhenti bodoh di masa lalu. Seperti hendak berhenti, tapi memaksa dorong kedepan. Mungkin lupa, karena terbiasa, terbiasa mendapatkan harapan, dan apa yang diinginkan, seperti menulis sendiri takdir. Tapi tetap lupa, harapan-harapan yang digantung beriringan, tak menemui tempat yang sesuai. Tak perlu akhir yang senada, atau pilihan kata berirama, toh aku tetap berusaha, menempatkan harapan pada seharusnya. terinspirasi dari: seperti takdir kita yang tulis (Nadin Amizah)